Sabtu, 06 Desember 2008

Sentuhan-sentuhan Cinta Tarbiyah: Kiat Merangkul Mad’u

Allah SWT berfirman:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah : “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. 12 : 108)

Wahyu Ilahi diatas merupakan taujih Rabbani yang sangat gamblang dan selalu diulang oleh Nabi Yusuf AS dan para nabi sebelumnnya dan setelahnya, dan kitapun saat ini -hendaknya- mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh para nabi; karena kita merupakan pewaris para nabi… yaitu aktif dalam berdakwah dan mentarbiyah; membawa cahaya dengan transparansi dan gamblang tanpa ada rekayasa dan persekongkolan dalam mengembannya dan cermat dalam mendistribusikan dan memberinya.

Para duat memiliki kewajiban menyebarkan Islam sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dan Allah wahyukan tanpa adanya asimilasi dan kontaminasi… menyebarkannya dengan penuh keikhlasan, hanya mengharap pahala dan ridha Allah SWT dan surga-Nya, bukan mencari pujian dan sanjungan, ikhlas yang terlahir dari lubuk hati dan tidak mengharap ganjaran di dunia, tidak mengharap tercapainya cita-citanya dalam bentuk kemenangan (tamkin) terhadap agamanya semasa hidup… hal inilah yang Allah telah berikan pendidikan kepada nabi-Nya

Namun kadangkala para du’at menemui kendala dalam merangkul mad’u, seakan lisannya kelu untuk menyampaikan, tangannya kaku untuk merangkul dan kakinya terpaku untuk membawa, bahkan -semoga tidak terjadi- akalnya beku untuk memberi. Padahal seyogyanya Sesungguhnya seorang da’i harus memiliki banyak kiat dalam menyampaikan, merangkul, mengajak dan memberi, sehingga tujuan yang diinginkanpun dapat tercapai.

Memang tabiat hubungan antara seorang da’i dengan mad’unya pada hakekatnya berbeda dengan hubungan yang lain yaitu hubungan yang harus terjalin dengan rasa kasih sayang dan cinta yang asasnya adalah tsiqah (saling percaya) dan menyatu…selain itu hubungan yang selalu tunduk untuk menerima dan tentram terhadap ucapan dan nasehat. Yang keduanya merupakan suatu keharusan dalam menjalin hubungan antara da’i dan mad’u, sehingga ketika seorang da’i memberi sesuatu sang mad’u mau menerimanya dengan lapang dada dan pada akhirnya dapat memberikan ketenangan jiwa dan menentramkan hati, dan memunculkan sesuatu yang tersembunyi dari cita-citanya, dan menentramkan dari sesuatu yang membuatnya gelisah.

Bahwa kecintaan ini dan keakraban ini yang dapat menjadikan kehidupan berjalan dengan mudah mengalir seperti air yang jernih dan sejuk yang dapat menghilang dahaga.

Apakah seorang murabbi sudah berusaha membentuk kehidupan jama’i yang lebih baik dari kehidupan yang lain?? Sehingga dapat memberikan tarbiyah yang benar, menanamkan konsep (pemahaman), menumbuhkan keimanan, yang seluruhnya terayomi dalam suasana yang bersih, ukhuwah imaniyah, dan kecintaan yang tulus yang tidak mengharap lainnya kecuali ridlo Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, kecintaan yang tulus yang tidak memiliki perasaan terbebani dan dibuat-buat. Ruang lingkupnya adalah kehidupan jama’i, kehidupan yang penuh taklif dan amal islami.

Namun bagaimanakah hal itu bisa terwujud?? jawabannya adalah sebagai berikut :

1. Mengucapkan salam dan menanyakan kesehatannya dan keadaannya dan banyak menampakkan senyum dihadapannya.

2. Menghormati kedua orang tuanya, dan berlemah lembut kepada saudara-saudaranya dan anak-anaknya serta mencintai kerabat dan teman-tmannya jika mereka termasuk orang-orang yang salih.

3. Berusaha untuk meluangkan waktu untuk memberikan hadiah kepadanya.

4. Berusaha untuk mengenal dan memahami keadaan sosialnya dan materialnya dan juga berniat membantunya dan berperan serta dalam keadaan suka dan sedih.

5. Tidak menampakkan sikap yang sedih namun tetap ikut prihatin terhadap permasalahn yang sedang dihadapi.

6. Tidak memberikan nasehat dihadapan orang banyak namun cukup dengan empat mata saja.

7. Jangan sebarkan rahasia dirinya dan berusahalah menjaga kehormatannya.

8. Kirimlah kabar (surat) saat dia dalam bepergian, atau saat engkau jauh darinya.

9. Jangan rendahkan kedudukan sosialnya, dan jangan remehkan pendapat dan kreativitasnya serta jangan menghinakan keluarganya dan nasabnya (walaupun hanya sekedar bercanda).

10. Simak dan bersikap diamlah saat mendengarkan ucapannya dan pendapatnya, dan tampakkan perhatian dan ketawaduan dalam mengoreksi pendapatnya jika ada kekeliruan.

11. Jadilah tauladan yang baik terhadap saudaramu dalam berakhlak; uacapan yang lembut, menepati janji, penampilan yang prima dan selalu senyum dihadapannya.

12. Jauhkan diri dari memberikan beban dirinya tidak sanggup memikulnya dan selalulah menghormati jati dirinya.

13. Banyak-banyaklah brziarah kerumah atau tempat tinggalnya.

14. Berikan kepadanya kepercayaan yang sesuai dengan kemampuannya.

sumber : al Ikhwan
Tags: tarbiyah
Next: Khilafat Islam modern ternyata sudah berdiri 100 tahun
Kiat-kiat mendidik anak

Ketika anak kita lahir, atau bahkan ketika kita hendak berangkat menikah, yang terbersit dalam hati barangkali adalah kerinduan untuk memiliki anak yang berbakti kepada-Nya. Inilah anak yang dirindukan oleb kaum mukmin. Anak yang hukma-shabiyya rabbiradhiyyab (semenjak kecil telah memiliki kearifan dan sekaligus diridhai Tuhan). Anak shalih yang mendo’akan ketika para pelayat telah selesai menimbunkan tanah di pekuburan kita.

Kerinduan untuk memiliki anak yangherbakti kepada-Nya sejak kita berkeinginan untuk menikah, bukan saja boleh. Bahkan kita perlu membakarnya agar lebih meluap-luap lagi. Sehingga kerinduan itu membuat kita mempersiapkan diri.Kalau Anda merindukan anak-anak yang demikian, mari kita dengarkan kata-kata Rasulullah: “Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya berbakti kepada-Nya,” sabda Nabi SAW. Beberapa orang di sekeliling Nabi bertanya: Bagaimana caranya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dia menerima yang sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, dan tidak membebaninya, tidak pula memakinya.”

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersabda, “Bantulah anak-anakmu untuk berbakti. Siapa yang menghendaki, dia dapat melahirkan kedurhakaan melalui anaknya.” Siapa yang menghendaki, begitu Rasullullah yang mulia berkata, dia dapat melahirkan kedurhakaan melalui anaknya. Semoga tidak satupun di antara kita yang menghendaki anak-anak yang durhaka. Semoga tidak satu pun. Tetapi apa yang sudah kita lakukan? Sudahkah kita membantu anak-anak kita untuk berbakti sebagaimana yang diserukan oleh Rasulullah SAW?

Saya tidak berani menjawab. Marilah kita bertanya pada diri kita masing-masing. Selanjutnya, marilah kita tengok sekeliling kita. Mereka yang frustasi dan memberontak pada orangtua, anak-anak siapakah itu? Mereka yang tertangkap saat meminum obat-obat terlarang, anak-anak siapakah itu? Mereka yang berkelahi dan saling menerkam, anak-anak siapakah itu? Mereka bukan orang lain. Di antara mereka adalah anak-anak orang Islam. Bapaknya Islam. Ibunya Islam. Dan kampung mereka dikenal sebagai kampung Islam. Mengapa ini terjadi?

Saya tidak berani menjawab. Marilah kita bertanya pada diri kita masing-masing. Pada saat yang sama, marilah kita lihat apa yang terpancang di rumah-rumah saudara kita. Kalau dulu mereka mengisi saat-saat yang sepi dengan kidung barzanji atau maulid nabi, sekarang telah berganti dengan antena parabola dan pesawat televisi di atas 30 inchi. Kalau dulu mata yang maksiat ditangisi tak henti-henti, sekarang hiburan telanjang dihadirkan ke rumah-rumah orang “mukmin” melalui televisi dengan mengorbankan waktu-waktu produktif.

Sementara, koran-koran menyajikan isu dan gosip yang tak jelas ujung pangkalnya lantaran semua telah berdiri di atas agama baru yang bernama bisnis dan konsumtivisme. Baju baru menjadi lebih berharga daripada harga diri, sehingga seorang gadis bersedia tidak perawan lagi demi memperolek gemerlap mode dan penampilan trendy. (Semoga Allah mensucikan kita dan keturunan kita dan hal-hal yang demikian).

Masya-Allah, betapa banyak yang telah kita lupakan atau bahkan sengaja kita tinggalkan. Kalau dulu tetangga merasa ikut bertanggungjawab atas kebaikan anak tetangganya sehingga anak-anak berkembang dalam kesejukan, sekarang ketika orangtua mendapati anaknya nakal yang terucap adalah kata-kata, “Apa salah saya? Kenapa anak saya yang begini? Padahal, perasaan, tidak pernah menyakiti orang lain.”

Kenapa anak saya yang begini? menyiratkan kesaksian hati untuk mengikhlaskan anak-anak orang lain rusak, asal jangan merusak anak sendiri. Sehingga ketika anak sendiri yang rusak, pertanyaan yang muncul adalah, “Kenapa anak saya yang begini? (Kenapa bukan anak orang lain?)” Ya, kenapa begini.

Ada banyak hal yang perlu kita renungkan kembali. Tetapi, saat ini, marilah kita mengingat-ingat hadis Nabi sebagaimana kita simak di awal tulisan ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang dirahmati Allah, dengan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Rasulullah SAW dalam membantu anak kita berbakti kepada-Nya, yaitu:

1. Menerima yang Sedikit

2. Memaafkan yang Menyulitkan

3. Tidak Membebani

4. Tidak Memakinya

1. Menerima yang Sedikit

Setiap anak telah diberi kelebihan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, dan ia dimudahkan untuk melakukan apa yang menjadi kelebihannya (bakat).Setiap anak memiliki kadar kelebihan yang berbeda-beda dan jenis keberbakatan yang beragam-ragam. Saya mempunyai bakat menulis, alhamdulillah itu saya telah memupuknya sehingga subur, dan orang lain juga mempunyai bakat menulis. Tetapi bakat saya menulis, berbeda dengan bakat menulis orang lain. Amanahnya juga berbeda antara saya dan orang lain. Ada anak yang bakatnya sangat beragam, sehingga ia menyukai hampir semua bidang dan mampu berprestasi di setiap bidang yang ia geluti.

Imam Syafi’i adalah salah satu contohnya.Ia meletakkan dasar-dasar ilmu ushul-fiqh, menetapkan qaul-qaul (pendapat hasil ijtihad) fiqih, menguasai ilmu firasat, memahami dan sekaligus termasuk ulama hadis yang piawai, serta sejumlah bidang keilmuan sejenis lainnya. Beliau juga orang yang banyak mendalami ilmu fisika, kimia, kedokteran, ilmu hitung, ilmu falak, perbintangan dan ilmu-ilmu empiris lainnya. Ada yang bakatnya hanya pada satu bidang, sementara bidang lainnya lemah.

Bahkan ada yang semula tampak sangat kesulitan dalam bidang tertentu, tetapi kemudian menjadi seorang yang paling menguasai. Setiap anak memiliki kelebihan, betapa pun sedikitnya.Betapa pun sedikitnya. Betapapun saat ini masih samar-samar. Atau, bahkan belum kelihatan.

Tugas Anda adalah menerima anak dengan hati terbuka dan cinta yang tulus. Terimalah yang sedikit dengan menjadikan diri Anda seorang ibu yang aminah, ibu yang menjadi sumber rasa aman bagi anak-anak Anda.Sehingga Andalah yang menjadi pelariannya ketika ia gelisah. Pangkuan Andalah yang dicari-cari tatkala Ia tidak bisa ulangan maternatika.Bukan justru takut mendengar suara sepatu Anda.

Terimalah yang sedikit. Jangan terlalu banyak menuntut anak. Bisa jadi anak menjadi seperti yang Anda tuntut saat ini, tetapi jangan-jangan ia akan mengalami sejumlah masalah kejiwaan yang tak kunjung selesai.Beruntung kalau ia memperoleb jawaban yang menyejukkan hati di kitab suci. Kalau tidak, jangan-jangan tindakan orangtua terlalu menuntut anak termasuk di antara perbuatan yang menyebabkan anak melakukan kedurhakaan. Na ‘udzubillahi min dzalik.

Terimalah yang sedikit. Dan biarkan kasih-sayang, keteduhan dan kedamaian belaian tangan Anda menjadi tanah subur tempat anak menumbuhkan yang sedikit itu menjadi banyak dan berharga. Sedangkan do’a-do’a yang Anda panjatkan di penghujung malam, menjadi air dan penjaga kesucian tujuan serta niat Anda dalam mendidiknya sampai kelak Anda berjumpa lagi di yaumil-qiyarnah Semoga kita termasuk orang-orang yang dikumpulkan dengan anak-cucu dan orangtua kita.

2. Memaafkan yang Menyulitkan

Ketika SD dan SMP saya mempunyai kesulitan dalam mata pelajaran bahasa daerah, disamping olahraga. Saya orang Jawa asli. Ibu Jawa dan bapak juga Jawa. Tetapi saya kesulitan bukan main untuk belajar bahasa Jawa.Ulangan bahasa daerah, sudah lumayan bisa mendapat nilai 5. Kalau tidak, saya malah mendapat nilai 4 atau 3. Sebuah angka yang istimewa karena jarang yang mendapatkannya.

Tentu saja bukan angka istimewa ini yang membuat saya bahagia. Nilai saya yang hampir selalu rendah dalam bahasa daerah, tidak menimbulkan masalah yang menyulitkan perkembangan saya lantaran ibu memaafkan apa yang menyulitkan saya. Ketika saya bercerita bagaimana hari itu saya mendapat nilai yang jelek (jelek sekali) dalam bahasa daerah, ibu justru balik bercerita bahwa beliau semasa sekolah juga mempunyai kelemahan dalam mata pelajaran tertentu.

Ibu bercerita tentang kecerdasannya dalam pelajaran bahasa daerah, tetapi lemah dalarn mata pelajaran yang justru menjadi kelebihan saya. Sekali waktu, ibu membawakan buku biografi Albert Einstein, seorang penemu rumus E = MC2 yang awalnya di-DO dan sekolah lantaran bodoh. Kali lain, saya dibawakan buku biografi Thomas Alva Edison, ilmuwan cemerlang yang pernah dianggap sinting gara-gara mengerami telur angsa (tentu saja tidak bisa menetas). Ibu juga membawakan buku-buku biografi lainnya, sehingga saya merasa aman terhadap diri saya dan menerima kelebihan, kekurangan maupun apa yang oleh orang lain disebut kelemahan saya.

Kesulitan anak bisa beragam. Tidak hanya yang berkait dengan kecakapan di kelas. Anak barangkali cerdas di kelas, tapi ia membutuhkan proses yang lebih lama untuk bisa memakai dan meletakkan sepatu dengan baik.Anak barangkali cepat tanggap terhadap ta’lim (pendidikan) yang diberikan oleh bapaknya selepas shalat maghrib, tapi sulit mengucapkan ‘ain dengan benar.

Memaafkan yang menyulitkan sambil tidak berputus asa terhadap rahmat Allah, insya Allah justru menjadikan anak berkembang dengan baik dan mampu mengatasi sendiri kesulitan-kesulitannya.Memaksa, memarahi, apalagi sampai membandingkan hal-hal yang rnenyulitkan anak dengan kecakapan anak lain, justru rawan terhadap berbagai jenis penyimpangan perilaku. Boleh jadi anak tidak nakal lantaran takut terhadap sikap keras Anda. Tetapi ia mungkin akan menjadi minder, rendah diri, dan kurang bisa bersikap tegas. Mungkin juga ia justru sebaliknya, menjadi sensitif, mudah tersinggung, kaku dan mudah tersulut kemarahannya.

Ibu Albert Einstein bisa memaafkan kesulitan yang menimpa anaknya.Ia membimbing anaknya dengan penuh kasih-sayang dan kesabaran. Ia tidak membebani anaknya. Kelak, anaknya menjadi ilmuwan terkenal yang sukses.Nasehat untuk memaafkan yang menyulitkan anak, ternyata tidak hanya efektif untuk kita yang muslim. Ia juga tepat untuk mereka yang belum mengenal Islam.

Nah, kalau sekarang Anda belurn memaafkan hal-hal yang menyulitkan anak Anda, marilah kita segera membenahi diri selagi pintu belum tertutup.Boleh jadi, rnaksud memaafkan yang menyulitkannya lebih luas lagi, yaitu memaafkan perilaku anak yang menyulitkan orang tua. Semoga dengan demikian, mereka kelak menjadi anak yang menyejukkan mata.

3. Tidak Membebani

Allah tidak membebani manusia, kecuali sebatas kemampuannya. Ketika Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan manusia untuk bertakwa, yang Ia perintahkan adalah fattaquLlaha mastatha’tum (bertakwalah semampu kamu). Ketika Allah Jalla wa ‘Ala menyerukan manusia untuk melaksanakan berbagai kebajikan, yang Allah serukan adalah ahsanu-amala (sebaik-baik amal). Bukan aktsaru-amala (sebanyak-banyak amal).

Ketika Rasulullah SAW mengajak sahabatnya untuk melaksanakan apa yang beliau perintahkan, yang beliau katakan adalah, “Jika aku larang kau melakukan sesuatu, maka jauhilah, dan jika aku perintahkan kau untuk melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampu kamu. (Muttafaq ‘Alaih, diriwayatkan Bukhari & Muslim)

Orangtua yang menginginkan anak berbakti kepadaNya, hendaklah tidak membebani anak dengan tugas-tugas yang tidak mampu ia lakukan.Ketidakmampuan anak bisa disebabkan oleh belum siapnya anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dikehendaki orangtua, bisa lantaran usia anak maupun kesanggupan fisik anak belum memungkinkan, bisa pula lantaran tingkat kemampuan anak belum memadai.

Tugas-tugas atau tuntutan yang baik akan berakibat baik sebagaimana dikehendaki, jika dilaksanakan pada waktu yang tepat, dengan cara yang tepat, takaran yang tepat, dan membawa kemaslahatan bagi anak di masa-masa berikutnya. Inilah antara lain pengertian dari istilah hikmah.

Didiklah anak dengan bijak dan lemah-lembut.Tanamkan padanya keinginan untuk melakukan kebajikan-kebajikan dengan sebaik-baiknya menurut kadar kesanggupannya. Jangan terlalu menuntutnya untuk mampu melakukan segala macam tugas seperti yang anda kehendaki, saat ini juga. Jangan membanding-bandingkan Ia dengan saudaranya yang memiliki prestasi lebih bagus dalam bahasa Inggris, misalnya. Hindari terlalu banyak membebani anak dengan berbagai keharusan.

Perintah-perintah yang terlalu banyak menggunakan kata harus, bukannya memotivasi anak. Justru melemahkan. Perintah serba harus dan jangan dengan serta-merta, tidak merangsang anak untuk kreatif dan antusias melakukan kebaikan. Sebaliknya, ia secara perlahan berubah menjadi mesin yang kehilangan inisiatif-inisiatif kreatif maupun kecakapan berinovasi. Ia hanya melaksanakan apa-apa yang sudah diinstruksikan.

Selebihnya, mudah-mudahan ia tidak mengalami tekanan mental yang berkepanjangan.Dalam ‘ushul-fiqli dikenal waidul-khamsah (lima prinsip dasar), salah satunya adalah terpeliharanya akal. Kalau orangtua terlalu membebani anak dengan tugas-tugas yang belum sanggup ia lakukan atau dengan tuntutan untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu, apakah ini tidak termasuk pengebirian akal dan bahkan jiwa? Wallahua’lam bishawab.

Abul Laits rahimahullah, menurut Shalih Baharits menggambarkan kasih-sayang dan perlindungan ulama salaf terhadap anak-anaknya dan perbuatan yang menyakitkan orangtuanya. Beliau berkata bahwa sebagian kaum shalihin tidak memerintahkan anak suatu beban yang dikhawatirkan akan mengantarkan anak mendurhakai orangtuanya sehingga menyebabkannya masuk neraka. Itulah pandangan ulama salaf yang memiliki pandangan yang jauh tentang kasih-sayang kepada anak dan keutamaannya membantu anak selamat di dunia dan di akhirat. Sehingga setiap hendak memerintahkan kepada anaknya, mereka selalu berfikir, “Apakah anakku akan sanggup melakukannya? Kalau tidak sanggup, bukankah itu berarti aku telah rnenjerumuskannya ke dalam kebinasaan?”

Seorang ibu ketika hendak memberikan perintah kepada anaknya, hendaklah memperhatikan betul apakah perintahnya akan mudah dilaksanakan anak atau tidak. Seorang ibu perlu berusaha dengan sungguh-sungguh agar anaknya tidak berkesempatan untuk menolak perintah orangtua. Ini bukan dengan menggunakan kekuasaan sebagai orangtua untuk rnemaksa, tetapi dengan berhati-hati betul dalam mernberikan perintah. la hanya memberikan perintah yang anak sanggup melaksanakannya, kecuali tugas-tugas yang sifatnya saran dan dorongan saja.

Kalau seorang anak memperoleh tugas-tugas yang sanggup ia lakukan, semangatnya akan berkembang. Di samping itu perasaannya terhadap orangtua juga ikut berkembang ke arah yang baik, sehingga secara bertahap tumbuh dorongan untuk berbakti kepada orangtua. Inilah yang dijaga oleh orangtua terdahulu. Mereka takut anaknya mendapat murka Allah lantaran tidak melaksanakan apa yang ditugaskan orangtuanya. Sementara tugas dari orangtua itulah sesungguhnya yang berat dan mengejutkan anak.Mereka mengharapkan anak yang barakah.

Kesabaran mereka bersumber dari kesadaran tentang rahmat dan murka Tuhan. Lalu, apa akibatnya kalau anak senantiasa terbebani? Mungkin ia menjadi anak yang minder dan tidak percaya diri.Mungkin ia menjadi seorang opportunis yang kemana ia terbang tergantung pada kemana angin bertiup. Mungkin ia menjadi seorang pemberontak yang menentang apa yang diperintahkan orangtua, begitu ia merasa punya kekuatan. Mungkin juga ia memperoleh guru yang menuntunnya dengan kearifan dan kesabaran. Gurunya bisa jadi ia dapatkan di masjid, di sekolah, di pasar, atau di buku.

4. Tidak Memakinya

Ridha Allah bergantung pada ridha orangtua. Ucapan ibu adalah do’a yang mustajabah. Apalagi jika lahir dan keadaan hati yang kuat.Itulah sebabnya, para ibu terdahulu sangat menjaga lisannya agar tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata yang buruk bagi anaknya. Ia lebih memilih untuk menangis ketika ia tak tahan lagi menahan kesal, daripada rnengucapkan sumpah atan memberi julukan kepada anak sesuatu yang buruk, misalnya, “Kamu ini kok nakal, sih?”

Mereka menahan lidah sekuat-kuatnya, karena takutnya mereka kepada Allah. Mereka menjaga ucapannya sebisa-bisanya karena takut ucapan yang sekarang, menjadi jalan untuk mengucapkan makian pada anaknya. Sebab ucapan seorang ibu kepada anaknya, terutama ucapan-ucapan yang keluar dan hati yang paling dalam, akan menghunjam tepat di lubuk hati anak.

Kalau sekali waktu seorang ibu mengucapkan kata yang buruk, ia segera berlari untuk memohon ampun kepada Allah Yang Maha Pengasih. Kemudian ia meminta maaf kepada anaknya.Di saat inilah, anak justru mendapatkan pelajaran yang nyata. Tangis ibu dan permintaan maafnya, menggerakkan anak untuk rnenanggalkan kenakalan-kenakalan, dan menggantinya dengan akhlak yang baik. Ketika seorang ibu meminta maaf kepada anaknya, yang terjadi justru anak akan ikut menangis.

Atau, peristiwa itu menjadi sejarah besar yang mengesankan dan mempengaruhi pertumbuhan pribadinya. Ia belajar mengenai akhlak yang mulia dan kelemah-lembutan ibu. Dan bukan sebaliknya, yakni makian.Caci-maki hanya mendorong anak untuk melakukan kenakalan yang lebih besar, di samping sebagai pelajaran bagi anak itu sendiri bagaimana mencaci yang menyakitkan orang. Makian orangtua justru menjadikan anak kebal terhadap makian, nasehat, dan perkataan yang kasar. Kata yang kasar akan ia balas dengan kata yang kasar dan suara lantang.

Caci maki tidak merangsang anak untuk memiliki kepekaan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Fir’aun adalah musuh Allah. Kezaliman Fir’aun sangat melebihi batas. Ia bahkan telah mengaku menjadi Tuhan. Di tangannya, Siti Masyithah menemui syahidnya setelah direbus dalam minyak mendidih.Tetapi, terhadap orang yang sezalim itu, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan Nabiyullah Musa alaihissalam agar menyeru Fir’aun dengan lemah lembut. Allah SWT berfirman, “Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat akan takut” (Q.S. Thaahaa, 20:42-44).

Sebagai penutup, marilah kita renungkan sebuah hadis Nabi SAW, sambil mernohon kepada Allah SWT agar mensucikan mulut kita yang masih kotor: Ibnu Umar RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW berkunjung kepada Saad bin Ubadah. Turut bersama beliau Abdurrahman bin Aufdan Saadbin, Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas ‘ied RA, maka Rasulullah SAW tampak menangis. Begitu para sahabat melihat beliau menangis, maka merekapun ikut menangis. Setelah itu beliau berkata, “Apakah kalian tidak mendengar bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa seseorang karena tetesan air mata, dan tidak pula karena kesedihan hati, akan tetapi Dia akan menyiksa karena ini atau memberi rahmat (sambil menunjuk lidahnya).” (Muttafaq ‘Alaih).

Disarikan dari buku yang berjudul “Bersikap Terhadap Anak - Pengaruh Perilaku Orangtua terhadapKenakalan Anak” karangan Moh. Fauzil Adhim.

sumber : http://chondroz.wordpress.com

March 23, 2007 - Posted by Abu Najwa | Cerita Jiwa | | No Comments

Jumat, 05 Desember 2008



Dunia Anak
KIAT MEMILIH SEKOLAH

Sekolah yang terbaik bagi anak ternyata tidak harus mahal, atau dilengkapi para pengajar asing. Sebab, yang terbaik adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Tahun ajaran baru segera datang dan itu berarti tiba waktunya kita "berburu" sekolah untuk anak. Bukan hal mudah, memang. Apalagi kini tiap sekolah berlomba menyatakan dirinya yang terbaik dan paling pas untuk anak kita. "Memang," ungkap Indri Savitri, Psi., "orang tua tak bisa sembarangan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Seyogyanya, sejak awal orang tua punya perencanaan pendidikan bagi anak. Termasuk pendidikan dasar, karena inilah salah satu dari awal penentu keberhasilan anak."

Kendati begitu, pilihan tak boleh hanya berdasar selera pribadi. Kebutuhan anak pun harus jadi bahan pertimbangan. "Tiap anak punya kebutuhan masing-masing yang bisa dilihat dari gaya belajar dan karakteristiknya. Juga masalah lokasi dan biaya sekolah," saran Indri.

SESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN ANAK

Bicara soal kebutuhan anak, berarti harus dilihat pula apa minat dan bakatnya. Apakah ia condong ke arah kesenian, olahraga, atau murni bidang akademis. Karena itu menjadi sangat penting bagi orang tua untuk meninjau calon sekolah baik secara fisik maupun program akademis, kurikulum, fasilitas, cara mengajar, dan kualitas pendidiknya.

Cermati pula tingkat konsentrasi anak. Ini bisa diperoleh pula lewat bantuan guru TK-nya. Jika ternyata kurang, "Sebaiknya pilih sekolah dengan program belajar terstruktur serta jumlah murid per kelas yang sedikit. Jadi, guru bisa melakukan pendekatan individual dan anak bisa terpantau secara saksama."

Jika anak tergolong pendiam, menurut Indri, carikan sekolah yang memungkinkan adanya kerjasama kelompok, sehingga pelan-pelan ia mau berinteraksi atau mengungkapkan pendapat-pendapatnya secara lugas. "Lambat laun, rasa percaya dirinya juga meningkat dalam bersosialisasi dengan lingkungan."

Sementara jika anak tergolong jenius atau kemampuannya terlihat di atas rata-rata anak seusianya, "Sebaiknya masukkan ke sekolah yang bisa mendukung atau menyalurkan kemampuannya. Sekolah seperti ini biasanya mempunyai kelas khusus, yaitu kelas akselerasi."

Sedangkan sekolah yang memiliki sistem belajar semi bermain atau active learning, lebih pas untuk anak yang tipenya lebih suka main. Sekolah seperti ini juga sesuai untuk anak yang sebelumnya belajar di TK yang lebih menekankan aspek perkembangan motorik, sosial dan emosional, serta tidak menekankan penguasaan baca, tulis, dan hitung.

Jika TK-nya menerapkan komunikasi bilingual, tak apa dia dimasukkan ke SD yang menggunakan dua bahasa juga. "Tapi kalau tidak, lebih baik jangan. Bisa-bisa anak akan bingung dan sulit melakukan penyesuaian diri," ujar Indri. Beda halnya jika selepas SD kita berniat menyekolahkan anak ke sekolah yang menggunakan kurikulum internasional. "Lebih baik sejak SD sudah disekolahkan ke tempat yang menggunakan kurikulum internasional agar tidak keteteran, terutama dalam bahasa Inggris."

PILIHAN ANAK

Langkah berikut adalah "shopping" untuk mencari sekolah yang sesuai. Tentu saja dengan mengajak serta anak. "Tanyakan segala sesuatunya pada pihak sekolah." Minta penjelasan mengenai filosofi, visi, dan misi sekolah tersebut. "Jangan lupa cermati, bagaimana filosofi tersebut tercermin dalam kurikulum sekolah. Sebab, umumnya apa yang dikatakan sebagai filosofi, misi, dan visi tampaknya selalu baik dan memikat, tapi belum tentu sejalan dengan yang diterapkan di kelas. Kalau perlu, cari informasi dari sumber lain seperti kenalan atau kerabat."

Yang juga penting, pilih sekolah yang menjadikan orang tua sebagai partner yang sama-sama berperan aktif untuk memajukan anak didik serta sekolah. Adanya unit atau ahli yang mampu memberi penanganan khusus, misalnya anak-anak yang punya masalah perilaku atau anak yang cerdas, sebaiknya jadi bahan pertimbangan pula.

Umumnya kesempatan "shopping" sekolah bisa dilakukan ketika sekolah-sekolah mengadakan acara "open house" menjelang tahun ajaran baru. "Di sini kita bisa membuat sinkronisasi secara langsung data hasil investigasi dan wawancara dengan pihak sekolah." Malah akan lebih baik lagi jika kita bisa meneliti dengan cara bertanya pada anak dan orang tua yang telah menyekolahkan anaknya di sekolah itu.

Pada saat yang sama, lihat reaksi anak. Kalau memang dia sreg, akan jauh lebih mudah mengembangkan motivasi belajarnya. Kalau tidak, ajak terus anak melihat sekolah lain sampai ia menemukan yang dirasa pas baginya.

Indri juga menambahkan, orang tua juga bisa mendapat pandangan tentang sekolah yang pas bagi anaknya dari lembaga tertentu yang menyediakan jasa tersebut. Misalnya, di LPT UI. "Kami memiliki tes khusus untuk mengetahui kesiapan anak masuk SD," katanya. "Dengan begitu, semua aspek anak bisa terlihat secara jelas. Seperti kemampuan belajar, baca-tulis dasar, dan kepribadian anak."

Gazali Solahudin


Fisik Sekolah Ideal

Fisik bangunan sekolah juga penting diperhatikan. Menurut Indri, sekolah yang baik idealnya harus mempunyai:
· Laboratorium yang lengkap, mulai lab bahasa hingga lab pengetahuan alam dan matematika. Ini amat membantu proses belajar. Di lab, anak bisa terjun dan mencoba secara langsung teori yang diajarkan di kelas.
· Bangunan fisik kokoh. Khususnya kelas, harus memiliki ventilasi udara yang sangat baik. Jadi tak harus ber-AC.
· Pencahayaan pun harus diperhatikan. Kelas harus benar-benar terang.
· Bersih dan jauh dari polusi suara serta udara, semua ruangan, termasuk toilet dan kantin, harus bersih dan sehat.
· Banyaknya anak harus sebanding dengan jumlah guru. Idealnya, jumlah murid dalam kelas di tingkat SD antara 20-25 anak.
· Jika anak kita punya gangguan konsentrasi, jangan memasukannya ke sekolah yang memakai banyak warna dan gambar, baik di kelas maupun di luar kelas karena konsentrasinya akan semakin mudah terpecah.
· Halaman cukup luas, seperti lapangan untuk berolahraga dan taman.


Sekolah-sekolah Islam

SEKOLAH ISLAM TERPADU (SIT) di JAKARTA

1. Aisyiyah (TK)Jl. Limau III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan(021) 726 9453
2. Al FurqonJl. Seha II No. 14, Jakarta Selatan(021) 725 0203
3. Al-Azhar 1 (Pusat)Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan(021) 724 3933
4. Al-Azhar 2 (Kemandoran)Jl. Kemandoran I No. 41, Jakarta Barat(021) 532 9556
5. Al-Azhar 3 (Kemang)Jl. Kemang Raya No. 7, Jakarta Selatan(021) 7179 3333
6. Al-HikmahJl. Bangka II No. 24, Pela Mampang, Jak - Selatan(021) 718 0688
7. Al-IkhlasJl. Cipete III No. 12 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan(021) 765 7942
8. Al-IshmahJl. Sawo Raya 30, Kranggan, Pondok Gede(021) 845 5625
9. Al-IzharJl. RS Fatmawati Kav. 49, Jakarta Selatan(021) 769 0992
10. Al-KhoirotJl. Masjid Condet Batu Ampar, Kramat Jati, Jkt Timur(021) 801 3364
11. Al-MarjanJl. Palem Raya Blok H-7, Duta Indah, Pd. Gede(021) 846 6127
12. Al-MughniJl. Jend. Gatot Subroto Kav. 26, Jakarta Selatan(021) 5296 1471
13. Ar-Rahman MotikSetibudi Utara D-1-2-3, Jakarta Selatan(021) 526 0844
14. At-Taubah (nampaknya sudah pindah, belum ada konfirmasi alamat terbaru)
15. At-TaufiqCempaka Putih Timur VI, Jakarta Pusat(021) 424 1150
16. Bakti MulyaPondok Indah(021) 765 3628
17. IqroJl. H. Ayat, Komp. Angkatan Laut, Pd. Gede(021) 848 4612
18. MadaniaPrapanca, Jakarta Selatan
19. Madharijut ThalibinJl. Yayasan No. 100, Gandul Utara765 9043
20. Miftahul UlumJl. Raya Lenteng Agung Gg Kancil 1 / 43, Jagakarsa(021) 782 0314
21. Pondok Duta (021) 870 6111
22. Riyadhul JannahJl. Sarinah 1 Pengadegan No. 8, Jakarta Selatan (021) 794 5448

SEKOLAH ISLAM TERPADU (SIT) DeBoTaBek

1. Al KautsarJl. Raya Bintara komp. Mas naga Bintara Jaya, Bekasi Barat(021) 884 4834
2. Al-Hikmah BekasiJl. Wibawa Mukti II No. 5, Jati Asih, Bekasi(021) 8240 2687
3. Al-ImanMasjid Al-Iman, Komp. LKBN Antara, Bintara Jaya, Bekasi(021) 864 0044
4. Al-MuqorobinJl. Mahoni No. 1A, Beji, Depok(021) 7720 5574
5. Al-MuzammilJl. Tangkuban Perahu, Graha Indah, Jati Asih, Bekasi(021) 8499 4346
6. Al-QalamJl. Pemuda No. 11, Depok Lama, Depok(021) 775 5912
7. Al-UtsmaniyahJl. Fisabilillah, Kp. Dukuh, Pasar Mukti, Citereup(021) 876 3753
8. Ar-RoyyanPerum. Beji Permai Tanah Baru, Beji, Depok(021) 7720 0278
9. As SalamahJl. Pamulang Raya No. 17, Benda Barat Ujung, Pamulang(021) 7463 1734
10. Asy-SyukriahJl. KH. Hasyim Ashari Km. 3, Cipondoh, Tangerang(021) 5575 1260
11. At-TaufiqJl. Putri Tunggal No. 17, Harjamukti, Cimanggis, Depok(021) 873 3222
12. AuliaJl. Bintaro IX, Bintaro Jaya, Tangerang(021) 7486 0864
13. Bahrul Ulum PuspitekKomp. Puspitek (Masjid), Serpong, Tangerang(021) 756 0212 psw 4700
14. Baitul Mal STANKomp. Masjid baitul Mal, Kampus STAN, Jurangmangu(021) 735 9117
15. BaitussalamJl. Raya Kartika Sejahtera No. 1, Inkopad, Bojong Gede(0251) 553 527
16. Bina Isniyah (MI)Komp. Batan Indah Blok N No 57, Serpong, Tangerang(021) 756 4250
17. Darul Abidin*Jl. Karet Hijau No. 29, Beji, Depok(021) 7720 0857
18. Darul HikmahJl. H. Awi Jatiluhur, Jatiasih, Bekasi(021) 8241 0887
19. Fajar HidayahKota Wisata Cibubur, Cileungsi(021) 8249 2462
20. HusnayainJl. Rambutan No.13C Perum Harapan Baru, Bekasi Barat(021) 884 6274
21. Nurul FikriJl. Situ Indah No. 116, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok(021) 719 4413
22. RuhamaPondok Sukmajaya Blok E-2, Depok II, Depok(021) 770 0038
23. Taufiqur RahmanPerum Pemata Hijau Permai Blok J, Kaliabang Tengah Bekasi Utara(021) 887 9221
24. Thariq bin ZiyadPerum. Pondok Hijau Permai, Bekasi Timur (021) 8240 5687
25. Ummul Quro*Jl. Karet Hijau No. 29, Beji, Depok (021) 7720 0857
26. Ummul QuroJl. Baru Salabenda No. 1, Parakan Jaya Kemang, Bogor (0251) 505 753

TK KARAKTER: TAK HANYA MENEKANKAN ASPEK KOGNITIF
Alamat Playgroup dan Taman Kanak - Kanak Karakter:
Jl. Raya Bogor Km 31 No 46 Cisalak, Cimanggis, Depok Telp. (021) 871 2022

TK Islam Al Izhar Pondok Labu: MENGAJARKAN NILAI KEAGAMAAN LEWAT BERMAIN*
*Alamat TK Islam Al Izhar Pondok Labu :
Perguruan Islam Al Izhar Pondok Labu Jl. RS Fatmawati Kav. 49 Jakarta 12450 Telp. 021-7695542, 7690992 dan 7506128

TK Mini Pak Kasur: BERMAIN SAMBIL BELAJAR DI TK MINI
Alamat TK Mini Pak Kasur :
(1.) Jl. Cikini V No. 2-3 Jakarta Pusat Telp. 021-338123 dan 338179
(2.) Jl. H. Nur No. 49 Pejaten Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp. 021-7946568
(3.) Jl. Nusa Indah II Cipinang Indah, Jakarta Timur Telp. 021-85903321
(4.) Jl. Niaga Raya Kemang Pratama Bekasi - Kemang Pratama Telp. 021-82409357
(5.) Jl. Verbena Banjar, Banjar Wijaya, Tangerang Telp. 021-55744061

TK Khas Daarut Tauhid: METODE UNIK AGAR HATI ANAK TERTATA BAIK
Alamat TK Daarut Tauhid :
Jl. Geger Kalong Girang No. 67 Bandung Telp. 022-2007956 / 2014374

TK Islam Al Jabr.
Alamat : Jl. Bango II No. 38 Pondok Labu, Jakarta Selatan 021-75913675, 75913678
Memilih Sekolah Bagi Anak

Memilih sekolah yang tepat buat anak kita ternyata seringkali membuat pusing kepala. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, banyak pilihan yang membuat bingung, dan banyak saran dari kiri-kanan yang seringkali saling berlawanan. Jadi gimana, dong? Mungkin para orang tua bisa sharing di sini. Menurut pendapat saya pribadi, ada tiga variabel yang perlu dipertimbangkan ketika memilih sekolah anak:
Stamina

Pendidikan anak membutuhkan stamina keuangan yang cukup besar. Untuk itu, kita harus pandai mengukur kemampuan diri. Ibaratnya lari, menyekolahkan anak seperti berlari marathon. Kalau kita terlalu semangat sprint di awal, kita dapat kehabisan nafas pada menit-menit berikutnya. Kalau kita punya uang 20 juta, misalnya, apakah akan kita pakai untuk menyekolahkan anak di SD favorit, atau uang itu ditabung dalam bentuk asuransi pendidikan untuk keperluannya di pendidikan tinggi? Dengan mengasumsikan tingkat bunga rata-rata 15%, uang 20 juta itu bila ditabung akan menjadi 107 juta lebih di saat dia masuk perguruan tinggi.

Namun demikian, penghematan dari segi uang itu dapat berarti sedikit pengorbanan dalam kualitas pendidikan dasar anak. Idealnya memang kita bisa menyekolahkan anak di sekolah yang top dari kecil sampai perguruan tinggi. Namun, tidak semua kita memiliki kemampuan seperti itu dan harus memilih, mana yang harus dikorbankan.

Kalau kita mengacu pada penelitian DR William Danko dan DR Thomas Stanley mengenai 638 miliuner di Amerika Serikat, kesuksesan finansial mereka bukan berasal dari kemampuan akademis. Mereka rata-rata bukan siswa dengan nilai A. Namun demikian, mereka merasakan manfaat bersekolah dan banyak belajar di dalamnya, bukan pada mata inti pelajaran akademis, tapi mengenai bagaimana berdisiplin dan memiliki keteguhan hati.

Selanjutnya, DR Danko & Stanley mencatat bahwa pada kelompok miliuner yang agak “kurang cerdas” (nilai SAT kurang dari 1000):

* 72% mengatakan bahwa kesuksesan finansial mereka disebabkan oleh perjuangan untuk menghilangkan cap “rata-rata atau kurang mampu”.
* 93% mengatakan kerja keras lebih penting dari bakat intelektual tinggi dalam mencapai cita-cita.
* Sebagian besar merasa yang penting dari sekolah adalah mengajari untuk mengalokasikan waktu dan membuat penilaian akurat mengenai orang.

Sebagian besar para miliuner itu juga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang murah. (Sementara, kelas menengah yang jauh kurang mampu dari mereka menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta yang mahal.) So? Apa yang perlu diperoleh dari sekolah bukan sebatas kepandaian akademis, namun gemblengan mental untuk disiplin, ulet dan kerja keras. Dan sekolah favorit belum tentu menyediakan “kurikulum” mental seperti itu yang lebih baik.

Sekolah Islam yang mahal belum tentu lebih unggul dalam memberikan “life skills yang dibutuhkan anak. Selain aspek kepribadian yang perlu ditempa, tentu saja aspek keagamaan perlu dipertimbangkan. Sekolahislam model pesantren yang sederhana bahkan seringkali mengajarkan nilai-nilai luhur keagamaan yang tidak diperoleh pada sekolah islam modern yang serba lengkap fasilitasnya.
Konsistensi

Sebagai orang tua, kita diharapkan adil kepada anak. Saya ingat ibu saya yang bersikeras untuk menguliahkan adik perempuan saya, meskipun pada saat itu keuangan keluarga sedang sangat berat karena dua adiknya juga pada saat yang sama masih kuliah. Biasanya, anak perempuan dalam kondisi seperti itu dikalahkan. Namun ibu saya berujar, ” Saya tidak mau disalahkan karena tidak adil. Semua anak harus mendapat kesempatan sekolah yang sama, bagaimana pun beratnya”. Dia memang ibuku yang bijaksana.

Seorang teman saya ada yang mulai merasakan beratnya menyekolahkan anak, karena SPP tiap tahun terus mengalami kenaikan, akhirnya hanya sanggup menyekolahkan anak pertamanya saja di sekolah favorit swasta. Adik-adiknya disekolahkan di SD negeri. Saya melihat bahwa dia tidak konsisten dan mungkin dipersepsikan tidak adil oleh anak-anaknya yang disekolahkan di negeri.

Karena itu, bila anda punya anak lebih dari satu (atau merencanakan lebih dari 1), anda harus berpikir apakah anda akan dapat konsisten/adil ke semua anak dan konsisten untuk terus berada pada jalur biaya tinggi. Jangan nanti begitu dirasa berat, di tengah jalan anak-anak anda dipindahkan ke sekolah yang lebih murah karena anda “kehabisan nafas”.

Ada teman yang menyiasati dengan menyekolahkan anak di sekolah negeri tapi menambahkan les-les di sore hari, dari les agama sampai musik. Les-les sangat menjamur ditawarkan di kota besar. Tinggal pilih mana yang sesuai dengan bakat anak anda. Keuntungan dari les adalah dia dapat diteruskan/dihentikan sesuai “kesehatan kantong” anda. Bila perlu, anda dan istri mengajari sendiri anak-anak dengan pelajaran ekstra di rumah.
Nilai-Nilai

Penting tidaknya menyekolahkan di tempat favorit juga tergantung nilai-nilai yang anda pegang. Ada orang yang menyekolahkan anaknya di tempat mahal agar gengsinya naik. “Jeng, sekolah anaknya di mana? Wah, hebat ya… bisa sekolah di situ. Si anu yang dirjen itu dan si itu yang dirut anu juga anaknya disekolahkan di situ, lho…” Begitu mungkin gunjingan ibu-ibu arisan membanding- bandingkan anaknya (untuk “mengukur” teman bicaranya).

Ada juga teman yang bekerja di bagian sales yang menganggap bersekolah di sekolah bergengsi meningkatkan network dia. Dengan aktif dalam persatuan orang tua murid atau Komite Sekolah, dia mengenal banyak orang yang dapat diprospek atau menjadi referral untuk penjualan produk-produknya.

Teman saya yang bekerja di satu TV swasta lain lagi. Dia berpendapat bahwa nilai belajar tidak dapat diukur dengan uang. Selama dia mampu saat ini, dia akan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Komentarnya ketika saya mengeluhkan biaya sekolah yang tinggi:

“Coba kamu bandingkan dirimu dengan orang tuamu. Dulu orang tuamu menyekolahkan kamu mungkin sampai menghabiskan lebih dari 50% pendapatan bulanan mereka. Mungkin juga dengan berhutang sana-sini demi kamu. Biaya sekolah anakmu mahal, tapi apakah sudah mencapai 50% pendapatanmu? Mungkin baru 10%-20% saja. Jadi, dibandingkan orang tuamu, bebanmu masih relatif ringan sekali”

Setelah mempertimbangkan ketiga faktor di atas, Anda mungkin lebih bisa memilih, kira-kira sekolah mana yang tepat bagi buah hati Anda.
FATWA MUI: HARAM MENYEKOLAHKAN ANAK MUSLIM DI SEKOLAH KRISTEN

Bahwa surat Kongregasi Pendidikan Katolik tentang sekolah Katolik No. 35, 45 dan 49 sebagaimana dimuat di majalah “HIDUP” No. 43 th.XLIV Tgl 28 Oktober 1990 telah menegaskan tentang tugas khusus sekolah katolik yaitu: “MEMBENTUK MURID-MURIDNYA MENJADI KRISTEN SEUTUHNYA”, dengan tidak menghormati keyakinan agama peserta didik yang telah menganut agama lain.

Bahwa Surat Kongregasi Pendidikan Katolik tersebut di atas telah menjadikan sekolah-sekolah Kristen/Katolik di Indonesia sebagai pelaksana tugas khusus termasuk yang dengan itu ia merupakan GERAKAN PEMURTADAN, terhadap ANAK-ANAK MUSLIM yang bersekolah disekolah-sekolah Kristen/katolik. Dan dalam hal ini jelas-jelas merupakan PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO.2 TAHUN 1989, TENTANG PENDIDIKAN NASIONAL, PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945..

Bahwa untuk menjawab pertanyaan Ummat Islam mengenai HUKUM MENYEKOLAHKAN ANAK-ANAK MUSLIM DI SEKOLAH-SEKOLAH KRISTEN/KATOLIK, majelis Fatwa Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) INDONESIA berkewajiban mengeluarkan fatwa tentang hal tersebut. berdasarkan dalil-dalil dalam :

A. Al-Qur’anul Kariem :

1. Surat At-Tahriem ayat. 6.

” Hai orang-oranng yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

2. Surat Al-Mumtahanah ayat 9

” Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang zhalim “.

3. Surat Al-Baqarah ayat. 120.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang dan rela kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka “.

4. Surat Ali Imron ayat.100.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman “.

B. Hadist-hadist.

1. “Sebagian hak orang tua (ayah) terhadap anaknya adalah mendidik/menanamkan budi pekerti yang luhur dan memberikan nama yang baik”. (H.R. Al-Baihaqi).

2. “Tiada pemberian yyang utama dari seorang ayah kepada anaknya dari pada pemberian adab/pendidikan yang baik”. (H.R At-Tirmidzi dari Ayyub bin Musa).

3. “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya yahudi atau nasrani atau Majusi “. (H.R. Muslim).

C. Kaidah Ushul Fiqh.

“Menolak sesuatu yang merusak (membahayakan) harus didahulukan dari pada mengambil kemaslahatan”.

Tidak dapat dibenarkan adanya penyelenggaraan pendidikan agama, jika pendidikan agama yang diterima oleh peserta didik berbeda dengan agama yang dianutnya, atau guru yang mengajarkan menganut agama lain, sebagaimana ditegaskan dalam :

A. PENJELASAN PASAL 28 AYAT 2 UU NO.2 TAHUN1989.

“Tenaga pengajar pendidikan agama harus beragama sesuai dengan agama yang diajarkan dan agama peserta didik yang bersangkutan”.

B. PENJELASAN PASAL 39 UU NO.2. TAHUN 1989.

“Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain, dalam hubungan antar ummat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional “.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT, maka majelis fatwa BKSPP Indonesia dalam sidangnya tanggal 4 Sya’ban 1414 H/16 januari 1994 M memutuskan :

“HARAM HUKUMYA MENYEKOLAHKAN ANAK-ANAK MUSLIM DI SEKOLAH-SEKOLAH KRISTEN/KATOLIK TERSEBUT “

Ditetapkan di : Bekasi.

Tanggal 04 Sya’ban 1414 H/16 Januari 1994 M.

Pimpinan Sidang

ketua

ttd

K.H Tb. Hasan Basri.

Sekretaris

ttd

K.H Kholil Ridwan Lc

Popular Posts



Bookmark and Share