Senin, 07 Juli 2014

METODE PENDIDIKAN

Istana Mulia menerapkan metode pendidikan Qur’ani.  Metode pendidikan Qur’ani adalah cara-cara atau pendekatan dalam proses pendidikan dengan mengambil langsung dari keaslian nilai-nilai al-Qur’an.  Metode inilah yang dulu dipakai oleh Rasulullah saw dalam mengajarkan,  mendidik,  membina,  dan membimbing ummatnya.  Satu keyakinan kami adalah bahwa umat ini tidak akan menjadi baik kalau tidak didik sebagaimana dulu Rasulullah mendidik umat.
Metode pendidikan Qur’ani secara gamblang dijelaskan oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Ada 5 (lima) pendekatan yaitu:

4.1  Pendidikan Dengan Keteladan

Firman Allah swt:
  
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik”.  (QS.  33:21)

Istana Mulia meyakini bahwa memberikan sikap keteladan dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak didik di dalam moral,  spiritual dan sosial.  Ini sangat jelas,  karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak,  yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya,  dan tata santunnya,  disadari ataupun tidak,  bahkan tercetak dalam dalam jiwa dan perasaan anak suatu gambaran pendidik tersebut,  baik dalam ucapan atau perbuatan,  baik material atau spiritual,  diketahui atau tidak diketahui.

Oleh karena itu,  Istana Mulia menekankan kepada seluruh guru, karyawan,  dan manajemen untuk memperhatikan masalah ketauladan ini.  Kami menyadari betul bahwa hal ini menjadi faktor penting dan utama dalam hal baik-buruknya anak.  Jika guru, karyawan, dan manajemen Istana Mulia bersikap jujur,  dapat dipercaya,  berakhlak mulia,  berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama,  maka anak-anak Istana Mulia juga akan tumbuh dengan kejujuran,  terbentuk dengan akhlak mulia,  keberanian dan dalam sikap yang menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan syariat.  Dan jika ada saja satu guru, karyawan, atau manajemen Istana Mulia berbohong,  berkhianat,  durhaka,  kikir,  penakut dan hina,  maka anak-anak Istana Mulia juga akan tumbuh dalam kebohongan,  khianat,  durhaka,  kikir,  penakut dan hina.

Bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan,  bagaimanapun suci beningnya fitrah anak-anak Istana Mulia,  si anak tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama yang diajarkan,  selama ia tidak melihat orang-orang di lingkungan Istana Mulia sebagai teladan nilai-nilai moral yang tinggi.  Bagi pendidik sangat mudah untuk mempelajari anak dengan berbagai metode pendidikan,  tetapi teramat sukar bagi anak untuk melaksanakan berbagai metode tersebut.  Sudah pasti akan menimbulkan masalah serius ketika ia melihat orang-orang yang membimbing pendidikannya,  yang memberikan arah justru tidak mengamalkan metode-metode tersebut,  tidak menerapkan pokok-pokok dan prinsip-prinsip tersebut.
 . 
4.2  Pendidikan Dengan Pembiasaan

Firman Allah swt: Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.  Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.  (Itulah) agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.  (QS. 30:30)

Istana Mulia meyakini,  adalah sudah menjadi ketetapan dalam syari’at Islam,  bahwa anak-anak Istana Mulia terlahir dengan fitrah tauhid yang murni,  agama yang lurus, dan iman kepada Allah.  Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah,  bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama,  yaitu agama tauhid.  Jika ada manusia tidak memiliki agama tauhid,  maka hal itu tidaklah wajar.  Mereka tidak beragama tauhid itu lantaran pengaruh lingkungan,  pengaruh orang tua dan orang-orang di sekitarnya.  Dari sini peranan pembiasaan,  pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni,  keutamaan-keutamaan seperti budi pekerti,  spiritual,  dan etika agama yang lurus.

Di Istana Mulia,  jika dengan mudah si anak berhadapan dengan dua faktor,  yaitu  faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan yang baik,  maka sesungguhnya anak-anak Istana Mulia akan tumbuh dalam iman yang hak,  akan berhiaskan diri dengan etika Islam,  dan sampai pada puncak keutamaan spiritual dan kemuliaan personal.  Karenya,  kami berusaha semaksimal mungkin membentuk miniatur masyarakat Islam di lingkungan Istana Mulia,  dimana seluruh komponen membiasakan diri menerapkan nilai-nilai Islami.  Sejak awal kami melakukan seleksi ketat terhadap guru dan karyawan terkait dengan: penjagaan sholat lima waktunya, kedekatannya dengan Al-Qur’an,  merokok atau tidak,  dan lain sebagainya.  Kami ingin pastikan anak-anak Istana Mulia mudah,  mencintai dan terbiasa dalam mengamalkan syariat Islam.

4.3  Pendidikan Dengan Nasehat

Firman Allah swt:Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka (Hud).  Ia berkata:  Hai kaumku,  sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya.  Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata,  “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang  yang berdusta.  Hud berkata,  Hai kaumku tidak ada  padaku kekurangan akal sedikitpun,  tetapi aku ini utusan dari Tuhan semesta alam.  Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”.  (QS.  7: 65-68)

Metode lain, yang kami yakini, dalam pendidikan,  pembentukan keimanan,  mempersiapkan moral,  spiritual dan sosial anak-anak Istana Mulia,  adalah pendidikan dengan pemberian nasihat.  Sebab,  nasihat ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu,  dan mendorongnya menuju situasi luhur,  dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia,  dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.  Setelah membaca dan menela’ah, Al-Qur’an memakai metode ini,  yang berbicara kepada jiwa,  dan mengulang-ulangnya dalam beberapa ayat dan tempat,  ayat diatas adalah salah satu contohnya.

Metode Al-Qur’an dalam menyerukan dakwaan adalah bermacam-macam.  Semua itu dimaksudkan sebagai upaya mengingat Allah,  menyampaikan nasihat dan bimbingan,  yang semuanya berlangsung atas ucapan para Nabi.  Kemudian,  dituturkan kembali oleh para da’i,  dari kelompok dan pengikutnya.  Istana Mulia menanamkan kepada para guru,  karyawan dan manajemen,  bahwa nasihat yang tulus,  berbekas dan berpengaruh kepada anak,  apalagi anak-anak yang memiliki jiwa yang bening,  hati terbuka,  akal yang bijak dan berpikir,  maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meninggalkan bekas yang mendalam bagi anak.  Pendidikan dengan nasehat akan diutamakan di Istana Mulia,  dan kami menghindari pendidikan dengan cara kekerasan,  apalagi menyakiti fisik dan hati anak,  yang dapat menimbulkan anak berperilaku putus asa dan balas dendam.

4.4  Pendidikan Dengan Memberikan Perhatian (reward)

Istana Mulia juga menerapkan pendidikan dengan memberikan perhatian, yaitu dengan cara mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral,  persiapan spiritual dan sosial,  disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.  Kami membekali wali kelas dan wali asrama dengan satu form mutaba’ah dimana guru dan musyrif memiliki data perkembangan anak-anak Istana Mulia dari sisi akhlak (tindakan dan ucapan),  kemampuan akademiknya,  potensi minat dan bakatnya,  dan lain sebagainya.  Perhatian kami juga tidak luput terhadap anak-anak yang memiliki prestasi atau perubahan perkembangan ke arah yang lebih baik dengan pemberian hadiah (reward).

Kami meyakini,   metode pendidikan ini sebagai asas terkuat dalam pembentukan manusia secara utuh,  yang menunaikan hak setiap orang yang memiliki hak dalam kehidupan,  termasuk mendorongnya untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya secara sempurna.  Melalui upaya tersebut akan tercipta muslim hakiki,  sebagai batu pertama untuk membangun pondasi Islam yang kokoh,  dan akhirnya akan terwujudlah kemuliaan Islam di lingkungan Istana Mulia. 

Istana Mulia,  dengan berprinsip pada metode pendidikan ini,  memerintahkan kepada para guru,  karyawan, dan manajemen bahwa keberadaannya di lingkungan Istana Mulia bukan sekedar melepas kewajiban bekerja,  tapi juga penting di sela-sela tugasnya untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anak,  dalam kehidupan keseharian.

Satu contoh nash tentang keharusan memperhatikan dan mengontrol itu.  Firman Allah swt:  

“Hai orang-orang yang beriman,  peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;  penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,  keras,  yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.  (QS.  66:6)

Bagaimana pendidik memelihara keluarga dan anak-anak dari api neraka jika ia tidak memerintah dan melarang mereka,  tidak memperhatikan dan mengontrol mereka? Sayyidina Ali ra,  menafsirkan quu anfusakum,  dengan “didiklah dan ajarilah mereka”.  Sayyidina Umar ra,  menafsirkan: “melarang mereka dari apa yang dilarang Allah,  dan memerintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan oleh Allah.  Dengan demikian terciptalah pemeliharaan mereka dari api neraka”.

4.5  Pendidikan Dengan Memberikan Hukuman (punishment)

Istana Mulia meyakini satu prinsip,  bahwa manusia tak bisa hidup tanpa hukum. Prinsip inilah yang coba akan diterapkan di lingkungan Istana Mulia,  tentu disesuaikan dengan kadar akal anak-anak seusia remaja.  Sebagus apapun peraturan tata tertib Istana Mulia dibuat,  diterapkan, dan ditegakkan, ini berdasarkan pengalaman (bukan justifikasi) akan sangat mungkin ada satu atau beberapa anak yang melanggar aturan-aturan tersebut. Sebab,  kami memahami posisi dan kondisi psikologi anak,  dimana yang namanya remaja adalah pribadi penuh kreatifitas,  keinginantahunya tinggi,  perasaannya penuh gejolak, emosi yang labil, dan lain sebagainya. 

Istana Mulia menyiapkan satu mekanisme sendiri tentang hukuman,  yang kami buat mirip-mirip dengan tata cara atau aturan bernegara. Seperti ada Menteria Kehakiman,  Jaksa Agung,  atau Polisi Istana Mulia. Cara tersebut memiliki dua makna: (1) penerapan metode pendidikan dengan memberikan hukuman, (2) melatih anak terbiasa dengan istilah-istilah dalam kepemimpinan negarawan.

Islam telah mengajarkan kita, bahwa pada dasarnya,  hukum-hukum syariat Islam yang lurus dan adil,  prinsip-prinsipnya yang universal,  berkisar di sekitar penjagaan hak-hak asasi yang tidak bisa dilepas oleh umat manusia,  sehingga manusia tak bisa hidup tanpa hukum. Para imam mujtahid dan ulama ushul fiqh membatasi hukum pada lima perkara.  Mereka menamakannya sebagai “al-kulliyatu’l-khamsu” (lima keharusan).  Yakni,  “Menjaga agama,  menjaga jiwa,  menjaga kehormatan,  menjaga akal,  dan menjaga harta benda”.  Dan mereka berkata,  “Sesungguhnya semua ada dalam peraturan Islam,  hukum-hukum,  prinsip-prinsip dan tasyri’, semuanya bertujuan untuk menjaga dan memelihara keseluruhan ini”.

Untuk memelihara masalah tersebut,  syari’ah telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah,  bahkan bagi setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan.  Satu contoh nash yang menggambarkan metode pendidikan dengan hukuman adalah,  firman Allah swt:

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,  maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera”.  (QS.  24:2)

0 komentar:

Popular Posts

Arsip SMP IT Istana Mulia Boarding School



Bookmark and Share