METODE
PENDIDIKAN
Istana Mulia
menerapkan metode pendidikan Qur’ani.
Metode pendidikan Qur’ani adalah cara-cara atau pendekatan dalam proses
pendidikan dengan mengambil langsung dari keaslian nilai-nilai al-Qur’an. Metode inilah yang dulu dipakai oleh
Rasulullah saw dalam mengajarkan,
mendidik, membina, dan membimbing ummatnya. Satu keyakinan kami adalah bahwa umat ini
tidak akan menjadi baik kalau tidak didik sebagaimana dulu Rasulullah mendidik
umat.
Metode
pendidikan Qur’ani secara gamblang dijelaskan oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan
dalam bukunya Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Ada 5 (lima) pendekatan
yaitu:
4.1 Pendidikan Dengan Keteladan
Firman Allah swt:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik”.
(QS. 33:21)
Istana Mulia meyakini bahwa memberikan sikap keteladan
dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan
dan membentuk anak didik di dalam moral,
spiritual dan sosial. Ini sangat
jelas, karena pendidik adalah contoh
terbaik dalam pandangan anak, yang akan
ditirunya dalam tindak tanduknya, dan
tata santunnya, disadari ataupun
tidak, bahkan tercetak dalam dalam jiwa
dan perasaan anak suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui.
Oleh karena itu,
Istana Mulia menekankan kepada seluruh guru, karyawan, dan manajemen untuk memperhatikan masalah
ketauladan ini. Kami menyadari betul
bahwa hal ini menjadi faktor penting dan utama dalam hal baik-buruknya
anak. Jika guru, karyawan, dan manajemen
Istana Mulia bersikap jujur, dapat
dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka anak-anak Istana Mulia juga akan tumbuh
dengan kejujuran, terbentuk dengan
akhlak mulia, keberanian dan dalam sikap
yang menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan
syariat. Dan jika ada saja satu guru,
karyawan, atau manajemen Istana Mulia berbohong, berkhianat,
durhaka, kikir, penakut dan hina, maka anak-anak Istana Mulia juga akan tumbuh
dalam kebohongan, khianat, durhaka,
kikir, penakut dan hina.
Bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk
kebaikan, bagaimanapun suci beningnya
fitrah anak-anak Istana Mulia, si anak
tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan
utama yang diajarkan, selama ia tidak
melihat orang-orang di lingkungan Istana Mulia sebagai teladan nilai-nilai
moral yang tinggi. Bagi pendidik sangat
mudah untuk mempelajari anak dengan berbagai metode pendidikan, tetapi teramat sukar bagi anak untuk
melaksanakan berbagai metode tersebut.
Sudah pasti akan menimbulkan masalah serius ketika ia melihat
orang-orang yang membimbing pendidikannya,
yang memberikan arah justru tidak mengamalkan metode-metode tersebut, tidak menerapkan pokok-pokok dan
prinsip-prinsip tersebut.
.
4.2
Pendidikan Dengan Pembiasaan
Firman Allah swt: “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. 30:30)
Istana Mulia meyakini,
adalah sudah menjadi ketetapan dalam syari’at Islam, bahwa anak-anak Istana Mulia terlahir dengan
fitrah tauhid yang murni, agama yang
lurus, dan iman kepada Allah. Yang
dimaksud dengan fitrah Allah adalah,
bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika ada manusia tidak memiliki agama
tauhid, maka hal itu tidaklah
wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu
lantaran pengaruh lingkungan, pengaruh
orang tua dan orang-orang di sekitarnya.
Dari sini peranan pembiasaan,
pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan
menemukan tauhid yang murni,
keutamaan-keutamaan seperti budi pekerti, spiritual,
dan etika agama yang lurus.
Di Istana Mulia,
jika dengan mudah si anak berhadapan dengan dua faktor, yaitu
faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan yang
baik, maka sesungguhnya anak-anak Istana
Mulia akan tumbuh dalam iman yang hak,
akan berhiaskan diri dengan etika Islam,
dan sampai pada puncak keutamaan spiritual dan kemuliaan personal. Karenya,
kami berusaha semaksimal mungkin membentuk miniatur masyarakat Islam di
lingkungan Istana Mulia, dimana seluruh
komponen membiasakan diri menerapkan nilai-nilai Islami. Sejak awal kami melakukan seleksi ketat
terhadap guru dan karyawan terkait dengan: penjagaan sholat lima waktunya,
kedekatannya dengan Al-Qur’an, merokok
atau tidak, dan lain sebagainya. Kami ingin pastikan anak-anak Istana Mulia
mudah, mencintai dan terbiasa dalam
mengamalkan syariat Islam.
4.3
Pendidikan Dengan Nasehat
Firman Allah swt:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka (Hud). Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Hud berkata, Hai kaumku tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”. (QS. 7: 65-68)
Metode lain, yang kami yakini, dalam pendidikan, pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak-anak Istana
Mulia, adalah pendidikan dengan
pemberian nasihat. Sebab, nasihat ini dapat membukakan mata anak-anak
pada hakekat sesuatu, dan mendorongnya
menuju situasi luhur, dan menghiasinya
dengan akhlak yang mulia, dan
membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Setelah membaca dan menela’ah, Al-Qur’an memakai metode ini, yang berbicara kepada jiwa, dan mengulang-ulangnya dalam beberapa ayat
dan tempat, ayat diatas adalah salah
satu contohnya.
Metode Al-Qur’an dalam menyerukan dakwaan adalah
bermacam-macam. Semua itu dimaksudkan
sebagai upaya mengingat Allah,
menyampaikan nasihat dan bimbingan,
yang semuanya berlangsung atas ucapan para Nabi. Kemudian,
dituturkan kembali oleh para da’i,
dari kelompok dan pengikutnya.
Istana Mulia menanamkan kepada para guru, karyawan dan manajemen, bahwa nasihat yang tulus, berbekas dan berpengaruh kepada anak, apalagi anak-anak yang memiliki jiwa yang
bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir, maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan
secepatnya dan meninggalkan bekas yang mendalam bagi anak. Pendidikan dengan nasehat akan diutamakan di
Istana Mulia, dan kami menghindari
pendidikan dengan cara kekerasan,
apalagi menyakiti fisik dan hati anak,
yang dapat menimbulkan anak berperilaku putus asa dan balas dendam.
4.4
Pendidikan Dengan Memberikan Perhatian (reward)
Istana Mulia juga menerapkan pendidikan dengan memberikan
perhatian, yaitu dengan cara mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa
mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi
pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.
Kami membekali wali kelas dan wali asrama dengan satu form mutaba’ah
dimana guru dan musyrif memiliki data perkembangan anak-anak Istana Mulia dari
sisi akhlak (tindakan dan ucapan),
kemampuan akademiknya, potensi
minat dan bakatnya, dan lain sebagainya. Perhatian kami juga tidak luput terhadap
anak-anak yang memiliki prestasi atau perubahan perkembangan ke arah yang lebih
baik dengan pemberian hadiah (reward).
Kami meyakini,
metode pendidikan ini sebagai asas terkuat dalam pembentukan manusia
secara utuh, yang menunaikan hak setiap
orang yang memiliki hak dalam kehidupan,
termasuk mendorongnya untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya
secara sempurna. Melalui upaya tersebut
akan tercipta muslim hakiki, sebagai
batu pertama untuk membangun pondasi Islam yang kokoh, dan akhirnya akan terwujudlah kemuliaan Islam
di lingkungan Istana Mulia.
Istana Mulia,
dengan berprinsip pada metode pendidikan ini, memerintahkan kepada para guru, karyawan, dan manajemen bahwa keberadaannya di
lingkungan Istana Mulia bukan sekedar melepas kewajiban bekerja, tapi juga penting di sela-sela tugasnya untuk
memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anak, dalam kehidupan keseharian.
Satu contoh nash tentang keharusan memperhatikan dan
mengontrol itu. Firman Allah swt:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. 66:6)
Bagaimana pendidik memelihara keluarga dan anak-anak dari
api neraka jika ia tidak memerintah dan melarang mereka, tidak memperhatikan dan mengontrol mereka?
Sayyidina Ali ra, menafsirkan quu anfusakum, dengan “didiklah dan ajarilah mereka”. Sayyidina Umar ra, menafsirkan: “melarang mereka dari apa yang
dilarang Allah, dan memerintahkan kepada
mereka apa yang diperintahkan oleh Allah.
Dengan demikian terciptalah pemeliharaan mereka dari api neraka”.
4.5
Pendidikan Dengan Memberikan Hukuman (punishment)
Istana Mulia
meyakini satu prinsip, bahwa manusia tak
bisa hidup tanpa hukum. Prinsip inilah yang coba akan diterapkan di lingkungan
Istana Mulia, tentu disesuaikan dengan
kadar akal anak-anak seusia remaja.
Sebagus apapun peraturan tata tertib Istana Mulia dibuat, diterapkan, dan ditegakkan, ini berdasarkan
pengalaman (bukan justifikasi) akan sangat mungkin ada satu atau beberapa anak
yang melanggar aturan-aturan tersebut. Sebab,
kami memahami posisi dan kondisi psikologi anak, dimana yang namanya remaja adalah pribadi
penuh kreatifitas, keinginantahunya
tinggi, perasaannya penuh gejolak, emosi
yang labil, dan lain sebagainya.
Istana Mulia
menyiapkan satu mekanisme sendiri tentang hukuman, yang kami buat mirip-mirip dengan tata cara
atau aturan bernegara. Seperti ada Menteria Kehakiman, Jaksa Agung,
atau Polisi Istana Mulia. Cara tersebut memiliki dua makna: (1)
penerapan metode pendidikan dengan memberikan hukuman, (2) melatih anak
terbiasa dengan istilah-istilah dalam kepemimpinan negarawan.
Islam telah
mengajarkan kita, bahwa pada dasarnya,
hukum-hukum syariat Islam yang lurus dan adil, prinsip-prinsipnya yang universal, berkisar di sekitar penjagaan hak-hak asasi
yang tidak bisa dilepas oleh umat manusia,
sehingga manusia tak bisa hidup tanpa hukum. Para imam mujtahid dan
ulama ushul fiqh membatasi hukum pada lima perkara. Mereka menamakannya sebagai “al-kulliyatu’l-khamsu”
(lima keharusan). Yakni, “Menjaga agama, menjaga jiwa,
menjaga kehormatan, menjaga
akal, dan menjaga harta benda”. Dan mereka berkata, “Sesungguhnya semua ada dalam peraturan
Islam, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan tasyri’, semuanya
bertujuan untuk menjaga dan memelihara keseluruhan ini”.
Untuk
memelihara masalah tersebut, syari’ah
telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah, bahkan bagi setiap pelanggar dan perusak
kehormatannya akan merasakan kepedihan.
Satu contoh nash yang menggambarkan metode pendidikan dengan hukuman
adalah, firman Allah swt:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang
berzina, maka deralah tiap-tiap orang
dari keduanya seratus kali dera”.
(QS. 24:2)
0 komentar:
Posting Komentar